Perbaiki Jalan Rusak Secara Swadaya,Warga Desa Sukamandang Minta Kepada Pemkab Seruyan Perhatian Serius
KUALA PEMBUANG- Di tengah lumpur dan debu yang tak kunjung berakhir, warga Desa Sukamandang, Kecamatan Seruyan Tengah, Kabupaten Seruyan, akhirnya memilih bergerak sendiri. Jalan rusak yang selama ini menjadi urat nadi perekonomian masyarakat diperbaiki secara swadaya, sebuah langkah darurat yang sekaligus menjadi tamparan keras bagi pemerintah daerah.
Kegiatan gotong royong ini dipimpin oleh tokoh masyarakat setempat, Nardi, dan diikuti anggota Koperasi Sawit Jaya serta puluhan warga desa. Mereka tampak bahu-membahu menimbun dan meratakan jalan yang rusak parah.
Tanpa proyek, tanpa papan anggaran. Yang ada hanya semangat kebersamaan dan kegelisahan kolektif atas kondisi infrastruktur yang tak kunjung mendapat perhatian serius.
Saat dikonfirmasi awak media melalui aplikasi WhatsApp, Nardi, menjelaskan bahwa warga secara swadaya menurunkan satu unit alat berat jenis excavator serta beberapa truk pengangkut material.
"Kami gotong royong menurunkan satu buah alat berat excavator dan beberapa truk untuk mengangkut material,” ujar Nardi, Sabtu (13/12/2025).
Ia menegaskan, jika masyarakat terus menunggu, roda perekonomian desa bisa lumpuh total.
"Kalau kami menunggu, roda ekonomi bisa mati,” tegasnya.
Menurut Nardi, jalan tersebut merupakan jalur vital bagi distribusi hasil pertanian, aktivitas perdagangan, serta mobilitas warga. Kerusakan jalan bukan sekadar soal kenyamanan, melainkan ancaman langsung terhadap keberlangsungan ekonomi masyarakat desa.
Ironisnya, jalan yang diperbaiki secara swadaya ini bukanlah jalur terpencil. Jalan tersebut telah lama menjadi akses utama, namun bertahun-tahun rusak tanpa penanganan yang tuntas. Saat musim hujan, jalan berubah menjadi kubangan lumpur. Ketika kemarau, debu beterbangan dan mengganggu aktivitas serta kesehatan warga.
Aksi gotong royong ini juga menjadi bentuk protes sunyi. Tanpa spanduk, tanpa teriakan, namun sarat makna. Nardi secara terbuka meminta Pemerintah Daerah Kabupaten Seruyan agar tidak lagi menutup mata terhadap persoalan infrastruktur dasar.
“Kami bukan menuntut yang mewah. Kami hanya minta jalan yang layak agar ekonomi tetap hidup,” ujarnya.
Situasi ini memunculkan pertanyaan serius:
Ke mana arah prioritas pembangunan daerah?
Mengapa masyarakat harus turun tangan sendiri untuk infrastruktur yang menjadi kewajiban negara?
Jika kondisi ini terus dibiarkan, perbaikan swadaya warga hanya akan menjadi solusi sementara atas persoalan struktural yang jauh lebih besar.
Jalan rusak di Sukamandang kini bukan sekadar persoalan fisik, melainkan cermin ketimpangan perhatian pembangunan.
Warga telah bergerak. Kini bola berada di tangan pemerintah daerah: diam, atau bertindak. ( Ms)